Peran Orang Tua Dalam Pembelajaran Transformatif Era 4.0
Tantangan zaman semakin canggih seiring dengan perkembangan teknologi dan internet yang semakin pesat. Beberapa pekerjaan ada yang harus tergantikan oleh mesin dan teknologi. Namun, beberapa lini industri juga mengharuskan adanya permintaan skill baru. Peran orang tua sangat penting dalam pembelajaran transformatif era 4.0 ini.
Tantangan di Era 4.0
Dunia kini tengah memasuki era transformasi industri 4.0 dengan perubahan yang begitu pesat dan banyak pekerjaan baru mulai bermunculan. Namun, di lain sisi ada juga pekerjaan yang akhirnya digantikan oleh mesin. Perubahan yang sangat pesat ini menuntut setiap orang untuk terus beradaptasi dengan setiap perkembangan.
Contohnya pekerjaan seperti AI (Artificial Intelligence), spesialis big data, data analyst, dan sejenisnya mungkin belum terlalu banyak perusahaan butuhkan Namun, kini demand atas pekerjaan di bidang tersebut semakin naik dan bahkan meroket tajam.
Selain itu, penguasaan soft skill yang bersifat psikomotorik dan afektif juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Contohnya seperti keahlian untuk problem solving, critical thinking, collaboration, communication, dan creativity atau invention. Kemampuan tersebut semakin banyak dibutuhkan dalam persaingan global saat ini.
Agar generasi berikutnya bisa beradaptasi dengan perubahan zaman yang serba canggih, maka harus ada penyesuaian kurikulum dan pembelajaran di sekolah. Karena bagaimanapun juga sistem pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga menengah memiliki peran vital untuk membantu mempersiapkan individu global.
Perkembangan yang semakin pesat menuntut setiap satuan sistem pendidikan seharusnya sudah menggunakan metode pendidikan 4.0. Tujuannya tidak lain adalah untuk mendukung The Fourth Industrial Revolution dan menyiapkan generasi berkualitas di masa mendatang.
Karakteristik Kritis Untuk Menerapkan Pendidikan 4.0
Sistem pembelajaran era 4.0 tentu sudah harus menggunakan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Karena jika masih menggunakan sistem beberapa tahun ke belakang saat teknologi belum berkembang pesat seperti sekarang, tentu sudah tidak relevan lagi.
WEF (World Economic Forum) telah menerbitkan white paper pada bulan Januari 2020 lalu. Dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa ada delapan karakteristik kritis dalam konten maupun pengalaman pembelajaran agar bisa menerapkan pendidikan era 4.0. Apa saja itu?
- Kemampuan masyarakat global
- Kreativitas dan inovasi
- Teknologi
- Interpersonal
- Pembelajaran yang telah dipersonalisasi sesuai karakter masing-masing individu (personalized and self-paced learning)
- Inklusif
- Pembelajaran berbasis masalah dan kolaboratif
- Lifelong and student-driven learning atau pembelajaran seumur hidup sesuai kebutuhan siswa
Mengenal Metode STEAM
Dalam rangka menghadapi pembelajaran 4.0, Nadiem Makarim yang merupakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberikan pernyataan tentang merdeka belajar. Beliau menyampaikan dalam salah wawancara eksklusif bahwa siswa harus mendapatkan kemerdekaan dalam belajar agar bisa meningkatkan kualitas diri mereka.
Nadiem Makarim berpendapat bahwa merdeka belajar adalah salah satu upaya baru untuk membuat organisasi pendidikan menjadi lebih kolaboratif, kreatif, dan inovatif. Karena di era digital serba canggih seperti sekarang maupun yang akan datang, pembelajaran secara seragam bukan cara tepat untuk meningkatkan kualitas.
Dengan memberikan kemerdekaan dalam belajar, maka ruang kelas yang partisipatif akan tercipta. Sehingga baik guru maupun murid masing-masing dapat semakin baik lagi dalam menjalani proses pembelajaran. Salah satu metode merdeka belajar yang bisa direalisasikan adalah STEAM.
STEAM merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics. Semua bidang tersebut merupakan salah satu kunci penting dalam menghadapi pendidikan di era 4.0. Metode ini dinilai bisa mendorong pengembangan ilmu teknologi, teknik, sains, maupun matematika agar lebih kreatif lagi.
Pentingnya Peran Orang Tua
Menghadapi sistem pendidikan era 4.0 bukan hanya tugas guru dan anak semata. Orang tua juga memiliki peran penting untuk mendampingi dan ikut mendidik anak sedari mereka masih kecil. Karena lingkungan terdekat anak pada saat mereka masih balita adalah orang tua sendiri.
Perlu disadari bahwa pendidikan anak usia dini adalah tonggak dan investasi jangka panjang bagi mereka untuk meraih kesuksesan di masa depan. Masa-masa tersebut merupakan masa krusial atau golden age. Di sini peran orang tua sangat penting untuk membantu mendidik mereka.
Orang tua harus ikut berperan untuk mendorong anak agar memiliki wawasan global, inovatis, kreatif, cerdas emosi, pintar bersosialisasi, dan lainnya. Kemampuan tersebut harus dipupuk sejak dingin dengan membangun rasa penasaran, mengajak bermain, bercerita, dan kegiatan edukatif lainnya.
Selain mendampingi anak sejak usia dini, orang tua juga berperan dalam membantu anak memilih pola pendidikan dan sekolah yang tepat saat usia masuk sekolah. Di samping itu, ada peran lain yang harus dijalankan oleh orang tua untuk mendukung pembelajaran era 4.0.
Peran Orang Tua
Tugas orang tua pada dasarnya adalah untuk merawat, mendidik, dan mendampingi anak sampai mereka tumbuh mandiri. Pendidikan usia dini menjadi tugas dan tanggung jawab utama karena pada usia itu anak akan mudah meniru dan mencerna apa yang orang tua ajarkan. Berikut ini beberapa peran penting orang tua, di antaranya:
1. Mengembangkan Potensi dan Kreativitas Anak
Photo by Nestea06 on Envato Elements
Orang tua adalah orang terdekat yang bisa melihat potensi anak dari kemampuan yang mereka tunjukkan sehari-hari. Ketika anak mulai menunjukkan kemampuan dan kreativitas yang mereka miliki, maka orang tua harus memberi dukungan penuh terhadap pertumbuhan intelektualnya.
Tumbuhkan keyakinan pada anak bahwa mereka mampu mendapatkan kesempatan dan pengalaman untuk mengembangkan kemampuannya. Terlebih lagi di era 4.0 kemudahan untuk mengakses informasi semakin terbuka lebar. Anda bisa mencontoh kegiatan edukatif yang membangun kreativitas melalui internet.
Contohnya seperti mengajak anak untuk berkreativitas dengan permainan sensory play, bermain lego, mainan rakit, menggambar, mewarnai, mendongeng, dan lainnya. Dari kegiatan-kegiatan yang anak lakukan bersama orang tua, maka akan terlihat apa saja potensi anak yang lebih menonjol.
2. Memotivasi Bakat dan Minat Anak
Ketika anak sudah menunjukkan potensi dan minatnya terhadap sesuatu, maka tugas selanjutnya yang harus orang tua lakukan adalah memberikan motivasi dan arahan. Ajarkan kepada anak tentang pentingnya memiliki mimpi dan cita-cita. Beri tahu kepada mereka bahwa mengharapkan keberhasilan itu perlu dalam setiap langkah.
Orang tua juga harus mampu memilih pendidikan yang tepat sesuai dengan minat dan gaya belajar. Misalnya anak berbakat di bidang olahraga, maka Anda bisa memilih tempat les atau latihan yang mendukung potensi tersebut. Ajarkan kepada anak bahwa untuk mencapai sesuatu maka harus dengan keuletan dan kegigihan.
Beri pengertian kepada mereka bahwa tidak semua keinginan dan harapan harus berhasil karena ada masanya gagal. Tetap tumbuhkan motivasi dan ajarkan anak bagaimana bertanggung jawab atas pilihannya serta belajar menghadapi kegagalan. Sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak mudah menyerah.
3. Orang Tua Sebagai Role Model
Anak adalah peniru yang ulung apalagi saat mereka masih di usia 0 – 5 tahun. Role model pertama bagi anak adalah orang tua mereka sendiri karena setiap hari membersamai dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Sebagai model dan teladan bagi anak, maka berikan contoh yang baik.
Orang tua cerdas era 4.0 juga harus mampu menjadi kreatif dan membantu anak agar fokus dengan bidang yang mereka minati. Bantu anak untuk menemukan jati diri, menunjukkan potensi dan keahlian, serta memberikan semangat dan motivasi kehidupan. Berikan contoh melalui kegiatan yang membangun inovasi dan kreativitas.
Sehingga anak pun akan terlatih pola pikirnya untuk bertindak kreatif sesuai kemampuan. Anda bisa memulainya dari mainan-mainan sederhana yang mengasah keterampilan. Beri contoh bagaimana membuat suatu kreativitas yang bisa mereka tiru. Ketika anak melihat orang tuanya kreatif, maka mereka pun akan termotivasi.
4. Mendampingi Anak Mengakses Teknologi
Photo by insta_photos on Envato Elements
Orang tua di era sekarang juga dituntut untuk melek teknologi karena kehidupan anak usia dini lebih canggih dibandingkan era orang tua zaman dahulu. Mau tidak mau orang tua harus beradaptasi dan mengikuti tren yang berkembang. Terlebih lagi era 4.0 adalah masa di mana sebagian besar bidang kehidupan sudah berbasis teknologi.
Banyak anak-anak usia dini yang sudah mampu mengakses gadget seperti membuka Youtube atau aplikasi lainnya. Sebagai orang tua tentu harus mendampingi anak saat mereka mengakses informasi melalui smartphone maupun perangkat lainnya. Karena pada dasarnya mereka belum begitu mengerti dalam memilah mana yang baik dan buruk.
Boleh memberikan akses gadget kepada anak, namun orang tua harus tetap mendampingi. Karena kemudahan akses membuat berbagai informasi bisa masuk dan diterima oleh anak. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pastikan dampingi anak saat mereka menggunakan teknologi apapun itu.
5. Memberi Kasih Sayang dengan Cerdas
Meskipun anak sudah bisa mengakses berbagai macam teknologi yang canggih, namun jangan sampai mereka kecanduan. Pastikan untuk tetap memberikan kasih sayang secara utuh di samping memfasilitasi anak dengan teknologi yang menunjang proses belajarnya.
Orang tua cerdas harus paham porsi mereka dalam memberikan fasilitas teknologi sesuai kebutuhan anak. Anda juga harus menjadi filter yang baik dengan memberitahukan mana hal yang boleh dan tidak boleh anak tonton dan buka.
Memberikan kasih sayang tidak harus dengan menuruti semua keinginan anak, namun harus paham apa kebutuhan mereka. Sehingga tidak muncul masalah di kemudian hari seperti tantrum dan merengek karena kecanduan gadget hingga orang tua kesulitan mengatasinya. Selain fasilitas, anak juga membutuhkan kasih sayang secara utuh.
6. Membangun Momen Kebersamaan
Photo by LightFieldStudios on Envato Elements
Teknologi memang bisa mendekatkan yang jauh. Namun, ketika penggunaannya sudah tidak sesuai porsi maka teknologi justru bisa menjauhkan yang dekat. Hal ini bisa terjadi pada anak-anak yang kecanduan gadget di mana mereka akan kesulitan untuk membangun interaksi karena sibuk bermain HP.
Oleh karena itu, ciptakan momen kebersamaan bersama keluarga yang bakal anak ingat terus. Karena momen kebersamaan merupakan salah satu faktor penunjang dalam mendidik anak. Anda bisa mengajak menonton bersama, makan malam, liburan, atau bermain bersama di akhir pekan.
Selain mencerminkan tentang kehidupan harmonis yang penuh kasih sayang, anak juga dapat belajar tentang kehidupan bersosial di tengah gempuran teknologi. Sehingga mereka juga bisa belajar bagaimana harus bersikap sopan santun kepada yang lebih tua atau berinteraksi dengan sesama.
Peran orang tua dalam pembelajaran transformatif era 4.0 sangatlah penting mulai dari proses pendampingan, mengarahkan, hingga mendidik. Di tengah gempuran teknologi yang begitu canggih dan pesat, anak juga harus mendapat pendampingan dan arahan yang tepat agar tidak salah langkah.
Comments
Post a Comment